PERKEMBANGAN LEMBAGA INTERNASIONAL DAN PERAN INDONESIA DALAM
KERJA SAMA INTERNASIONAL
Perlu diingat bahwa setiap negara tidak mungkin hidup sendiri, pasti
memerlukan kerja sama dengan negara lain. Perhatikan gambar di atas! Gambar
tersebut adalah kerja sama Indonesia
dengan negara-negara Asia dan Afrika dengan
diadakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung. Tahukah kamu kerja sama lainnya
yang dilakukan oleh Indonesia ?
Pernahkah kalian pergi karyawisata ke Bandung ?
Salah satu objek sejarah yang ada di kota
ini yang sangat menarik untuk dikunjungi adalah Gedung Asia-Afrika. Dahulu
gedung ini bernama Gedung Merdeka yang pernah digunakan sebagai tempat
penyelenggaraan Konferensi Asia- Afrika (KAA). Konferensi Asia-Afrika inilah
sebagai wahana untuk menggalang kerja sama di berbagai bidang. Selain kerja
sama melalui KAA, bangsa Indonesia
juga melakukan kerja sama dengan ASEAN, PBB maupun GNB. Bagaimanakah
pekembangan dan peran Indonesia
dalam organisasi-organisasi tersebut akan kita pelajari dalam bab ini. Dengan
mempelajari bab ini kita akan memahami tentang peran Indonesia di masa lalu sebagai
bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dengan demikian
tentunya kita bangga sebagai bangsa Indonesia .
A Konferensi Asia-Afrika (KAA) dan Peran
Indonesia
Simaklah
pada Pembukaan UUD 1945 alenia IV yang menyebutkan, bahwa bangsa Indonesia ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial. Kalimat tersebut menjadi landasan politik luar negeri
Bebas Aktif. Bebas artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah
satu blok (kekuatan). Sedangkan Aktif artinya bahwa bangsa Indonesia
berusaha sekuat-kuatnya untuk memelihara perdamaian dunia sesuai dengan
cita-cita PBB. Salah satu bukti peran Indonesia dalam menciptakan
perdamaian dunia adalah memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia-
Afrika (KAA).
1. Latar Belakang Diselenggarakannya Konferensi Asia -Afrika
a.
Bangsa-bangsa Asia – Afrika memiliki persamaan
nasib dan sejarah yakni samasama menjadi sasaran penjajahan bangsa-bangsa
Eropa.
b. Semakin meningkatnya kesadaran bangsa-bangsa Asia-Afrika yang masih terjajah untuk memperoleh kemerdekaan misalnya, Yaman sedang berjuang membebaskan Aden dari kekuasaan Inggris, Rakyat Aljazair, Tumisia, Maroko, Sudan, dan Kongo sedang membebaskan tanah airnya dari kekuasaan bangsa Eropa, dan lain-lain.
c. Perubahan politik yang terjadi setelah Perang Dunia II berakhir yakni situasi internasional diliputi kecemasan akibat adanya perlombaan senjata antara Blok Barat dan Blok Timur.
d. Diantara bangsa-bangsaAsia yang telah
merdeka masih belum terdapat kesadaran untuk bersatu, yang kemudian Rusia dan
Amerika Serikat ikut melibatkan diri dalam masalah tersebut.
b. Semakin meningkatnya kesadaran bangsa-bangsa Asia-Afrika yang masih terjajah untuk memperoleh kemerdekaan misalnya, Yaman sedang berjuang membebaskan Aden dari kekuasaan Inggris, Rakyat Aljazair, Tumisia, Maroko, Sudan, dan Kongo sedang membebaskan tanah airnya dari kekuasaan bangsa Eropa, dan lain-lain.
c. Perubahan politik yang terjadi setelah Perang Dunia II berakhir yakni situasi internasional diliputi kecemasan akibat adanya perlombaan senjata antara Blok Barat dan Blok Timur.
d. Diantara bangsa-bangsa
Misalnya:
1) Persengketan RRC-Taiwan untuk memperebutkan Pulau Quemoi.
2) Persengketan India-Pakistan untuk memperebutkan wilayah Kasmir
3) Persengketan Korea Utara-Korea Selatan masalah perbatasan.
1) Persengketan RRC-Taiwan untuk memperebutkan Pulau Quemoi.
2) Persengketan India-Pakistan untuk memperebutkan wilayah Kasmir
3) Persengketan Korea Utara-Korea Selatan masalah perbatasan.
e.
PBB seringkali tidak mampu mengatasi persengketaan antarnegara. Seruan Dewan
Keamanan PBB sering dilanggar negara-negara yang sedang berselisih
f. Kepentingan politik luar negeri Indonesia untuk menggalang kekuatan negara-negara Asia-Afrika agar mendukung merebut Irian Barat (Papua) melalui PBB.
g. Bangsa-bangsa Asia-Afrika tidak ingin terlibat dalam Perang Dingin, tetapi ingin memusatkan perhatian pada pembangunan sehingga memerlukan kerja sama.
f. Kepentingan politik luar negeri Indonesia untuk menggalang kekuatan negara-negara Asia-Afrika agar mendukung merebut Irian Barat (Papua) melalui PBB.
g. Bangsa-bangsa Asia-Afrika tidak ingin terlibat dalam Perang Dingin, tetapi ingin memusatkan perhatian pada pembangunan sehingga memerlukan kerja sama.
2. Sejarah Terwujudnya Konferensi Asia-Afrika
Terwujudnya konferensi Asia-Afrika didahului oleh Konferensi
Colombo dan Konferensi Bogor.
a. Konferensi Colombo (Konferensi Pancanegara I)
Pada tanggal 28 April-2 Mei 1954 diadakan konferensi di Colombo, ibu kota Srilangka. Adapun wakil dari 5 negara yang hadir tersebut sekaligus akan menjadi sponsor KAA sebagai berikut.
1) Indonesia, diwakili oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo
2) India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawarhalal Nehru
3) Pakistan diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah.
4) Birma (sekarang Myanmar), diwakili oleh Perdana Menteri Unu.
5) Srilangka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawala.
a. Konferensi Colombo (Konferensi Pancanegara I)
Pada tanggal 28 April-2 Mei 1954 diadakan konferensi di Colombo, ibu kota Srilangka. Adapun wakil dari 5 negara yang hadir tersebut sekaligus akan menjadi sponsor KAA sebagai berikut.
1) Indonesia, diwakili oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo
2) India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawarhalal Nehru
3) Pakistan diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah.
4) Birma (sekarang Myanmar), diwakili oleh Perdana Menteri Unu.
5) Srilangka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawala.
Dalam
konferensi ini Indonesia mengusulkan agar diadakan konferensi yang lebih luas
jangkauannya, tidak hanya negara-negara Asia, tetapi juga beberapa negara
Afrika. Gagasan ini disambut positip dan Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo
mendapat mandat untuk menjajagi kemungkinan dilaksanakan konferensi
Asia-Afrika. Dalam konferensi Colombo ini diputuskan antara lain sebagai
berikut.
a. Indocina harus dimerdekakan dari penjajahan Perancis.
b. Menuntut kemerdekaan bagi Tunisia dan Maroko.
c. Menyetujui dan mengusahakan adanya konferensi Asia-Afrika dan memilih Indonesia sebagai penyelenggara.
a. Indocina harus dimerdekakan dari penjajahan Perancis.
b. Menuntut kemerdekaan bagi Tunisia dan Maroko.
c. Menyetujui dan mengusahakan adanya konferensi Asia-Afrika dan memilih Indonesia sebagai penyelenggara.
b.
Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II)
Pada tanggal 28-31 Desember 1954 diadakan Konferensi di Bogor. Konferensi ini merupakan kelanjutan dari Konferensi Colombo, di mana negara-negara sponsor akan mengevaluasi hasil penjajagan Indonesia dalam mempersiapkan KAA. Hal-hal yang menjadi pokok pembicaraan dalam Konferensi Bogor adalah tujuan konferensi, tempat konferensi, agenda pembicaraan negara-negara yang akan diundang dan kesekretariatan.
Pada tanggal 28-31 Desember 1954 diadakan Konferensi di Bogor. Konferensi ini merupakan kelanjutan dari Konferensi Colombo, di mana negara-negara sponsor akan mengevaluasi hasil penjajagan Indonesia dalam mempersiapkan KAA. Hal-hal yang menjadi pokok pembicaraan dalam Konferensi Bogor adalah tujuan konferensi, tempat konferensi, agenda pembicaraan negara-negara yang akan diundang dan kesekretariatan.
Rekomendasi
yang diajukan dalam sidang ini adalah sebagai berikut.
a) Mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung dalam bulan April 1955.
b) Menetapkan kelima negara peserta konferensi Colombo sebagai negara-negara sponsor.
c) Menetapkan 25 negara-negara Asia-Afrika yang akan diundang.
d) Menentukan tujuan konferensi Asia-Afrika.
a) Mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung dalam bulan April 1955.
b) Menetapkan kelima negara peserta konferensi Colombo sebagai negara-negara sponsor.
c) Menetapkan 25 negara-negara Asia-Afrika yang akan diundang.
d) Menentukan tujuan konferensi Asia-Afrika.
3. Tujuan Konferensi Asia-Afrika
a.
Mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antar bangsa-bangsa Asia-Afrika,
serta untuk menjajagi dan melanjutkan kepentingan timbal balik maupun
kepentingan bersama.
b. Meninjau masalah-masalah hubungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dalam hubungannya dengan negara-negara peserta.
c. Mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingan khusus dari bangsa-bangsa Asia-Afrika seperti yang menyangkut kedaulatan nasional, rasionalisme, dan kolonialisme.
d. Meninjau kedudukan Asia-Afrika serta rakyatnya, serta memberikan sumbangan untuk meningkatkan perdamaian dan kerja sama internasional.
b. Meninjau masalah-masalah hubungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dalam hubungannya dengan negara-negara peserta.
c. Mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingan khusus dari bangsa-bangsa Asia-Afrika seperti yang menyangkut kedaulatan nasional, rasionalisme, dan kolonialisme.
d. Meninjau kedudukan Asia-Afrika serta rakyatnya, serta memberikan sumbangan untuk meningkatkan perdamaian dan kerja sama internasional.
4. Pokok-Pokok Agenda Pembicaraan KAA
a.
kerja sama ekonomi;
b kerja sama budaya;
c. hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri;
d. masalah kolonialisme, imperialisme seperti Belanda di Irian Barat (sekarang Papua), Perancis di Maroko, Aljazair dan Tunisia;
e. masalah perdamaian dunia dan kerja sama internasional (termasuk di dalamnya beberapa aspek tentang PBB, soal hidup berdampingan, masalah Indocina, Aden dan masalah perlucutan senjata).
b kerja sama budaya;
c. hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri;
d. masalah kolonialisme, imperialisme seperti Belanda di Irian Barat (sekarang Papua), Perancis di Maroko, Aljazair dan Tunisia;
e. masalah perdamaian dunia dan kerja sama internasional (termasuk di dalamnya beberapa aspek tentang PBB, soal hidup berdampingan, masalah Indocina, Aden dan masalah perlucutan senjata).
5. Negara-Negara yang Hadir dalam KAA
Konferensi
Asia-Afrika berlangsung pada tanggal 18-25 April 1955 bertempat di Gedung
Merdeka, Bandung. Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara (termasuk lima negara
sponsor) dari 30 negara yang diundang. Satu negara yang tidak hadir yakni
Federasi Afrika Tengah (Rhodesia dan Nyasa) karena sedang terjadi pergolakan
politik orang-orang Negro menentang ras diskriminasi.
Adapun negara-negara yang hadir dalam KAA adalah :
1. Indonesia 16. Laos
2. India 17. Libanon
3. Birma (Myanmar) 18. Liberia
4. Pakistan 19. Libia
5. Srilangka 20. Nepal
6. Afghanistan 21. Filipina
7. Kamboja (Kampuchea) 22. Saudi Arabia
8. Republik Rakyat China 23. Sudan
9. Mesir 24. Syiria
10. Ethiopia 25. Muang Thai
11. Ghana (Pantai Emas) 26. Turki
12. Iran 27. Vietnam Utara
13. Irak 28. Vietnam Selatan
14. Jepang 29. Yaman
15. Yordania
1. Indonesia 16. Laos
2. India 17. Libanon
3. Birma (Myanmar) 18. Liberia
4. Pakistan 19. Libia
5. Srilangka 20. Nepal
6. Afghanistan 21. Filipina
7. Kamboja (Kampuchea) 22. Saudi Arabia
8. Republik Rakyat China 23. Sudan
9. Mesir 24. Syiria
10. Ethiopia 25. Muang Thai
11. Ghana (Pantai Emas) 26. Turki
12. Iran 27. Vietnam Utara
13. Irak 28. Vietnam Selatan
14. Jepang 29. Yaman
15. Yordania
Dalam KAA ini negara-negara peserta
terdiri dari 3 kelompok pandangan politiknya yang berbeda, yaitu: kelompok yang
pro Barat, seperti Filipina, Muang Thai, Pakistan, Iran, dan Turki; kelompok
yang beraliran Komunis yaitu RRC dan Vietnam Utara; dan kelompok yang netral
seperti India, Birma, Srilangka dan Indonesia, serta ada juga yang belum
menampakkan pandangan politiknya.
6. Hasil-Hasil Konferensi
g. Pernyataan mengenai usaha
memajukan perdamaian dan kerja sama di dunia. Selain keputusan KAA di atas,
konferensi Asia-Afrika juga mengajak semua bangsa di dunia untuk hidup bersama
dalam perdamaian dan menjalankan kerja sama dalam suasana persahabatan atas
dasar sepuluh prinsip yang dikenal dengan “Dasasila Bandung” (Bandung
Declaration). Adapun isi Dasasila Bandung selengkapnya adalah :
1) Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat dalam Piagam PBB.
2) Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3) Mengakui persamaan ras, dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4) Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal besar maupun kecil.
5) Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6) a. Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar.
b. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
(7) Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
(8) Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, ataupun cara damai lain lagi menurut pihak-pihak yang bersangkutan, sesuai dengan Piagam PBB.
(9) Memajukan kerja sama untuk kepentingan bersama.
(10) Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
1) Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat dalam Piagam PBB.
2) Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3) Mengakui persamaan ras, dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4) Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal besar maupun kecil.
5) Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6) a. Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar.
b. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
(7) Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
(8) Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, ataupun cara damai lain lagi menurut pihak-pihak yang bersangkutan, sesuai dengan Piagam PBB.
(9) Memajukan kerja sama untuk kepentingan bersama.
(10) Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
7. Pengaruh Konferensi Asia – Afrika
Di samping itu KAA memiliki arti
penting karena merupakan cetusan rasa setia kawan (solidaritas) bangsa-bangsa
Asia-Afrika serta mengilhami berdirinya Gerakan Non Blok.
8. Peranan Indonesia dalam Konferensi
Asia - Afrika
Politik luar neger RI pasca
kemerdekaan selain bekerja sama dalam KAA juga berperan aktif dalam ASEAN.
Bagaimana peran Indonesia dalam ASEAN? Marilah kita diskusikan materi berikut
ini.
1. Latar Belakang Terbentuknya ASEAN
2. Sejarah Berdirinya ASEAN
3. Tujuan ASEAN
4. Struktur Organiasi ASEAN
5. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
ASEAN
6. Peranan Indonesia dalam ASEAN
Bangsa Indonesia selain aktif
memprakarsai KAA maupun ASEAN juga berperan aktif dalam PBB. Bagaimanakah
perkembangan keanggotaan dan aktivitas serta peran Indonesia dalam PBB? Marilah
kita diskusikan materi berikut!
1. Proses Terbentuknya PBB
2. Asas dan Tujuan PBB
3. Keanggotaan PBB
4. Susunan Keanggotaan dan Tugas
Badan-Badan PBB
5. Perkembangan Hubungan antara RI
dengan PBB
6. Peran Indonesia terhadap PBB
c. Pada tahun 1985 Indonesia membantu
PBB yakni memberikan bantuan pangan ke Ethiopia pada waktu dilanda bahaya
kelaparan. Bantuan tersebut disampaikan pada peringatan Hari Ulang Tahun FAO
ke- 40.
d. Indonesia pernah dipilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada tahun 1973-1974.
d. Indonesia pernah dipilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada tahun 1973-1974.
1. Latar Belakang Berdirinya GNB
Gerakan Non Blok (non-aligned)
merupakan organisasi negara-negara yang tidak meminak Blok Barat maupun Blok
Timur. Berdirinya Gerakan Non Blok di latar belakangi oleh hal-hal sebagai
berikut.
(1) Diilhami Konferensi Asia-Afrika di Bandung (1955) di mana negara-negara yang pernah dijajah perlu menggalang solidaritas untuk melenyapkan segala bentuk kolonialisme
(2) Adanya krisis Kuba pada tahun 1961 di mana Uni Soviet membangun pangkalan peluru kendali secara besar-besaran di Kuba hal ini mengakibatkan Amerika Serikat merasa terancam sehingga suasana menjadi tegang. Ketegangan antara Blok Barat dn Blok Timur ini mendorong terbentuknya GNB. Adapun berdirinya Gerakan Non Blok diprakarsai oleh:
(a) Presiden Soekarno dari Indonesia,
(b) Presiden Gamal Abdul Nasser dari Republik Persatuan Arab-Mesir,
(c) Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru dari India,
(d) Presiden Josep Broz Tito dari Yugoslavia, dan
(e) Presiden Kwame Nkrumah dari Ghana.
(1) Diilhami Konferensi Asia-Afrika di Bandung (1955) di mana negara-negara yang pernah dijajah perlu menggalang solidaritas untuk melenyapkan segala bentuk kolonialisme
(2) Adanya krisis Kuba pada tahun 1961 di mana Uni Soviet membangun pangkalan peluru kendali secara besar-besaran di Kuba hal ini mengakibatkan Amerika Serikat merasa terancam sehingga suasana menjadi tegang. Ketegangan antara Blok Barat dn Blok Timur ini mendorong terbentuknya GNB. Adapun berdirinya Gerakan Non Blok diprakarsai oleh:
(a) Presiden Soekarno dari Indonesia,
(b) Presiden Gamal Abdul Nasser dari Republik Persatuan Arab-Mesir,
(c) Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru dari India,
(d) Presiden Josep Broz Tito dari Yugoslavia, dan
(e) Presiden Kwame Nkrumah dari Ghana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar